
Smiling Coral Indonesia Konsisten Jaga Ekosistem Laut Kepulauan Seribu


Awalnya, SCI berfokus pada pengembangan ekowisata sebagai upaya untuk memperkenalkan keindahan laut Kepulauan Seribu sekaligus mengedukasi wisatawan tentang pentingnya menjaga lingkungan. Namun, sejak tahun 2021, SCI resmi bertransformasi menjadi LSM untuk memperluas jangkauan aktivitas konservasinya. Menurut Ketua SCI, Hermansyah, status sebagai LSM memungkinkan organisasi untuk bergerak lebih leluasa dalam berbagai bidang, seperti riset kelautan, rehabilitasi ekosistem, hingga pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Jakarta (Greeners) – Kepulauan Seribu, sebagai salah satu destinasi wisata bahari di Indonesia, menghadapi ancaman serius terhadap ekosistem lautnya akibat kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Di tengah tantangan ini, Smiling Coral Indonesia (SCI), sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang digagas oleh generasi milenial peduli lingkungan, terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian ekosistem laut di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Berdiri pada Hari Konservasi Alam Nasional, 10 Agustus 2010, SCI telah berevolusi dari sekadar penyedia layanan ekowisata menjadi sebuah organisasi yang berfokus pada konservasi laut, riset ilmiah, dan pemberdayaan masyarakat.
Transformasi SCI: Dari Ekowisata ke LSM
“Dengan menjadi LSM, kami bisa menjangkau lebih banyak sektor dan memberikan manfaat yang lebih luas, tidak hanya untuk kepentingan ekowisata, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan secara keseluruhan,” ujar Hermansyah dalam acara Kupas Komunitas bersama Greeners pada September 2021.
Program Unggulan SCI: Konservasi dan Ekowisata


Transformasi ini memungkinkan SCI untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan perusahaan swasta, untuk mendukung program konservasi yang lebih besar. Salah satu contohnya adalah proyek pemulihan terumbu karang seluas delapan hektare pada tahun 2019, yang dilakukan bersama perusahaan minyak yang beroperasi di Kepulauan Seribu.
SCI telah meluncurkan sejumlah program untuk mendukung pelestarian ekosistem laut Kepulauan Seribu. Salah satu inisiatif unggulannya adalah program adopsi karang, yang dimulai pada tahun 2020. Program ini memungkinkan wisatawan untuk berkontribusi langsung dalam pelestarian terumbu karang dengan “mengadopsi” karang yang kemudian ditanam di laut. Hingga saat ini, program ini telah berhasil menanam karang di area seluas 150 meter persegi.
Selain itu, SCI juga aktif dalam upaya pengurangan sampah laut melalui edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat serta wisatawan. Kegiatan ini mencakup pembersihan sampah di pesisir dan laut, penanaman mangrove, serta atraksi pelepasan penyu untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem laut. SCI juga mengembangkan produk UMKM berbasis lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, seperti kerajinan tangan dan produk olahan hasil laut yang ramah lingkungan.
Menurut Hermansyah, aktivitas konservasi ini tidak hanya berdampak pada pelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan kunjungan wisata ke Kepulauan Seribu. “Konservasi yang baik berbanding lurus dengan meningkatnya minat wisatawan. Mereka tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga terlibat dalam kegiatan konservasi seperti menanam karang atau membersihkan sampah,” jelasnya.
Tantangan: Sampah Laut dan Perdagangan Karang
Meski telah mencatat banyak pencapaian, SCI masih menghadapi sejumlah tantangan besar. Salah satunya adalah masalah sampah laut yang mengalir dari 13 sungai di Teluk Jakarta menuju Kepulauan Seribu. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, wilayah ini menghasilkan sekitar 32 ton sampah per hari. Sampah yang dibuang sembarangan ini tidak hanya mengganggu ekosistem laut, tetapi juga memperparah dampak krisis iklim.
Tantangan lain yang dihadapi adalah maraknya perdagangan karang untuk keperluan industri akuarium laut. Hermansyah mengungkapkan kekhawatirannya terhadap praktik pengambilan karang yang tidak ramah lingkungan. “Karang sangat sensitif dan pertumbuhannya lambat. Jika pengambilannya tidak dilakukan dengan benar, ini bisa merusak ekosistem terumbu karang secara keseluruhan,” tegasnya.
Pentingnya Terumbu Karang bagi Ekosistem Global
Terumbu karang memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, sebanding dengan peran hutan hujan tropis di daratan. Terumbu karang berfungsi sebagai penahan abrasi pantai, pelindung dari ombak dan arus laut, serta rumah bagi jutaan spesies laut. Selain itu, alga yang hidup dalam koloni terumbu karang berperan dalam menyerap karbon dioksida melalui proses fotosintesis, menjadikannya salah satu ekosistem penyerap karbon alami yang penting dalam mitigasi perubahan iklim.
“Dalam satu koloni terumbu karang, ada jutaan hewan karang dan alga yang bekerja bersama untuk menjaga keseimbangan alam. Ini adalah ekosistem yang sangat penting bagi bumi,” ungkap Hermansyah.
Pencapaian SCI: Dari Pemulihan Karang hingga Riset Ilmiah
Hingga saat ini, SCI telah mencatat sejumlah pencapaian signifikan. Di antaranya adalah pemulihan ekosistem terumbu karang seluas 100 meter persegi melalui kegiatan transplantasi karang di Pulau Kaliage Besar, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Selain itu, SCI juga berhasil memulihkan terumbu karang seluas empat hektare melalui penanaman 3.500 modul beton kubus, bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta.
SCI juga berkontribusi dalam dunia akademik dengan menerbitkan jurnal ilmiah kelautan yang mendukung pendataan dan pengembangan kebijakan pengelolaan kawasan taman nasional. Program adopsi karang yang digagas SCI bahkan telah diadaptasi oleh komunitas lain, seperti Kelompok Sadar Wisata Bintang Harapan di Pulau Harapan dan Komunitas Komparasi Kepulauan Seribu, yang juga aktif dalam kegiatan wisata, budaya, dan konservasi.
Menuju Masa Depan yang Lebih Lestari
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Smiling Coral Indonesia terus berupaya menjaga keberlanjutan ekosistem laut Kepulauan Seribu. Melalui pendekatan yang menggabungkan konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat, SCI tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Keberhasilan mereka dalam memadukan ekowisata dengan konservasi menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian laut Indonesia.
“Dengan kerja sama dan kesadaran bersama, kami yakin Kepulauan Seribu bisa tetap menjadi surga bahari yang lestari untuk generasi mendatang,” tutup Hermansyah dengan optimisme.
Kantor Pusat
Jln. Ikan Betok Susu Pulau Pramuka RT.04/RW.005, Kel. Pulau Panggang, Kec. Kepulauan Seribu Utara, Kab. Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
© Copyrights 2025 Smiling Coral Indonesia. All Rights Reserved.
📩 Email: smilingcoralindonesia@gmail.com
Jadilah bagian dari pelestarian laut!
Bersama Smiling Coral Indonesia, perjalanan Anda menjadi kontribusi nyata untuk pelestarian ekosistem laut kita.